PERADABAN
MESIR KUNO
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Letak geografis Mesir di Afrika
Utara, walaupun Semenanjung
Sinai adalah dalam Asia Barat daya. Negara ini mempunyai pesisir pantai yaitu Laut Mediterranean dan Laut
Merah; berbatasan dengan Libya bagian barat, Sudan dibagian selatan, Semenanjung
Gaza, Palestin danIsrael bagian
timur. Mesir Kuno terbagi atas dua kerajaan, yang dikenal sebagai Mesir Hulu dan Mesir Hilir.Berlainan dengan kebiasaan, Mesir Hulu (Upper Egypt)
terletak di selatan dan Mesir Hilir (Lower Egypt) di utara, dinamakan sungai
Nil. Sungai Nil mengalir
ke utara dari titik selatan ke Mediterranean.
Sungai Nil, yang merupakan tumpuan penduduk negara tersebut telah menjadi
sumber kehidupan bagi kebudayaan Mesir sejak kebudayaan Naqada dan Zaman
Batu.
Kedua kerajaan membentuk Kemet ("tanah hitam"),
Gurun dikenal sebagai Deshret ("tanah merah"), menurut Herodotus:
"Mesir merupakan negara tanah hitam. Kita ketahui bahawa Libya mempunyai
tanah lebih merah." (Histories, 2:12). Tetapi Herodotus turut menyatakan
"Colchians adalah penduduk Mesir. Berdasarkan fakta bahwa mereka berkulit
hitam dan mempunyai rambut keriting (wooly hair)." (Histories Book 2:104),
dan Champollion yang lebih muda (yang mendikripsi Batu
Rosetta) dalam Expressions et Termes
Particuliers (Expression of Particular Terms) mendakwa baawa Kemet sebenarnya
tidak merujuk kepada tanah, tetapi kepada penduduk negro dalam ertikata
"Negara Hitam - (Black Nation)".
B. Rumusan Masalah
1.
Jelaskan asal-usul peradaban mesir
kuno!
2.
Jelaskan letak geografis Mesir Kuno!
3.
Jelaskan pembagian kerajaan Mesir
Tua, Tengah, dan Baru !
4.
Jelaskan sistem kepercayaan Mesir
Kuno !
5.
Jelaskan ekonomi Mesir Kuno!
6.
Jelaskan fakta sosial Mesir Kuno!
7.
Jelaskan hasil budaya Mesir
Kuno!
C. Tujuan
1.
Memaparkan asal-usul peradaban mesir
kuno.
2.
Memaparkan letak geografis Mesir
Kuno .
3.
Memaparkan pembagian kerajaan Mesir
Tua, Tengah, dan baru.
4.
Memaparkan sistem kepercayaan
Mesir Kuno.
5.
Memaparkan ekonomi Mesir Kuno.
6.
Memaparkan fakta sosial Mesir Kuno.
7.
Memaparkan hasil budaya Mesir
Kuno.
BAB
II
PEMBAHASAN
Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai
6400 kilometer.Sungai Nil bersumber dari mata air di dataran tinggi
(pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur.Sungai Nil mengalir dari arah selatan
ke utara bermuara ke Laut Tengah. Ada empat negara yang dilewati sungai Nil
yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia dan Mesir
Setiap tahun sungai Nil selalu banjir.Luapan banjir itu
menggenangi daerah di kiri kanan sungai, sehingga menjadi lembah yang subur
selebar antara 15 sampai 50 kilometer.Di sekeliling lembah sungai adalah
gurun.Batas timur adalah gurun Arabia di tepi Laut Merah.Batas selatan terdapat
gurun Nubia di Sudan, batas barat adalah gurun Libia.Kemudian batas utara Mesir
adalah Laut Tengah.
Menurut mitos, air sungai yang mengalir terus tersebut adalah
air mata Dewi Isis yang selalu sibuk menangis dan menyusuri sungai Nil untuk
mencari jenazah puteranya yang gugur dalam pertempuran. Namun secara
ilmiah, air tersebut berasal dari gletsyer yang mencair dari pegunungan
Kilimanjaro sebagai hulu sungai Nil.Peranan sungai Nil begitu penting bagi
lahirnya kehidupan masyarakat di lembah sungai tersebut. Maka tepatlah jika
Herodotus menyebutkan “Mesir adalah hadiah sungai Nil (Egypt is the gift of the
Nile)".
Lembah sungai Nil yang subur mendorong masyarakat untuk
bertani. Air sungai Nil dimanfaatkan untuk irigasi dengan membangun saluran
air, terusan-terusan dan waduk. Air sungai dialirkan ke ladang-ladang milik
penduduk dengan distribusi yang merata. Untuk keperluan irigasi dibuatlah
organisasi pengairan yang biasanya diketuai oleh para tuan tanah atau golongan
feodal. Hasil pertanian Mesir adalah gandum, sekoi atau jamawut dan jelai yaitu
padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti jagung. Untuk memenuhi
kebutuhan barang-barang serta untuk menjual hasil produksi rakyat Mesir, maka
dijalinlah hubungan dagang dengan Funisia, Mesopotamia dan Yunani di kawasan
Laut Tengah.Peranan sungai Nil adalah sebagai sarana transportasi
perdagangan.Banyak perahu-perahu dagang yang melintasi sungai Nil.
Setelah tahun 1980-an, ketika Egyptology mulai diakui
sebagai sains daripada sekadar perburuan harta karun, saat itulah para
penyelidik awal menemukan bukti yang mendahului piramida. Penggalian oleh Flinders
Petrie mengungkap kebudayaan yang
jauh lebih tua yang mendahului Dinasti
ke-1 yang diketahui dalam catatan
sejarah, dan mulanya material ini tidak begitu familiar sehingga Petrie mengiranya
telah ditinggalkan oleh sebuah “Ras Baru” penduduk Lembah Nil.Namun, meski
secara budaya berbeda dari bangsa Mesir di zaman Dinasti, setelah studi lebih
jauh, dia menetapkan bahwa dirinya telah menemukan puing-puing dari periode
prasejarah. Dia, dan yang lain, terutama terpesona oleh perbedaan jelas antara
kebudayaan Pradinasti baru ini dengan material yang jauh lebih dikenal
dari Kerajaan Lama dan
periode kemudian.
Para egyptologist awal abad 20 menyimpulkan bahwa peradaban
Mesir kuno klasik telah dibawa menuju Lembah Nil oleh sebuah “ras dinastik”
penyerbu. Mereka yakin bahwa para penyerbu itu superior secara budaya dan
politik dari “Penduduk
Mesir Prasejarah” asli, dan bahwa mereka dengan
cepat menetapkan diri sebagai penguasa negeri itu.Pada awal abad 20, ilmu
metrologi tengkorak, yaitu menggunakan pengukuran tengkorak untuk menentukan
karakteristik rasial, sudah lumrah.Ini juga digunakan untuk memperkuat teori
“ras superior” di Mesir tersebut.
Bangsa penyerbu superior ini dipercaya berasal dari sebuah
daratan di sebelah timur Mesir, mencerminkan pandangan yang tersebar luas bahwa
Timur adalah sumber pokok kebudayaan awal. Seni
kerajaan Mesir pada masa Dinasti
ke-1 dianggap mirip dengan yang
ditemukan di Mesopotamia, dan banyak orang percaya bahwa raja-raja awal Mesir
berasal dari wilayah Irak modern. Pada 1930-an, teori ini diberi kepercayaan
lebih jauh oleh Hans Winkler, seorang Jerman yang menjadi sangat dikenal dalam
egyptology berkat eksplorasinya di Eastern Desert. Di sana dia menemukan banyak
seni batu kuno di antara Lembah Nil dan Laut Merah. Yang signifikan adalah sejumlah citra perahu yang
mencolok, dan juga sangat mirip dengan kapal air yang ditemukan dalam seni
Mesopotamia.Namun, di awal abad 20, kronologi dunia kuno masih sangat kurang
diketahui, dan pada saat itu Winkler juga tidak mengetahui bahwa perahu-perahu
Mesir ini mendahului rekan Mesopotamia mereka selama berabad-abad.Oleh sebab
itu, dia menyatakan bahwa Mesopotamia diserbu oleh Mesir melalui Laut Merah, meninggalkan bekas perjalanan mereka di bebatuan sewaktu
mereka melintas menuju Sungai
Nil.
Teori invasi ini merupakan produk zaman itu.Tokoh-tokoh
seperti Hitler mendukung pendekatan ini, tapi kenyataannya teori-teori difusi
(penyebaran) bahwa kelompok-kelompok ras superior membawa peradaban kepada
penduduk asli sangat populer di kalangan kekuatan kolonial Eropa barat.Pada
waktu itu Afrika dikenal sebagai “jantung kegelapan”, dan dianggap tak mampu
menghasilkan kebudayaan maju tanpa pengaruh luar.Ternyata kekalahan
Nazisme-lah, dan pemberian kemerdekaan kepada banyak bekas koloni Eropa di
Afrika, yang pada akhirnya mendorong popularitas teori-teori semacam itu.
Meski teori invasi bertahan di kalangan segelintir egyptologist untuk beberapa waktu, dan meski melihat kebangkitan
karya-karya populer di akhir 1990-an, sebagian besar akademisi menghentikan
penyelidikan asal-usul asing peradaban Mesir. Hari ini kita justru mencari
perkembangan pribumi dan akar kebudayaan dinasti Mesir di Lembah Nil dan
wilayah dekat sekitar tempat lahir peradaban ini.
Riset arkeologis intensif telah, setelah bertahun-tahun,
membuka banyak rahasia tentang Mesir prasejarah. Pemahaman kita atas peradaban
Mesir kini bisa ditelusuri melewati sekuens perkembangan yang panjang hingga
tahun 5000 SM dan lebih awal, hampir 2000 tahun sebelumDinasti
ke-1 Mesir. Kita telah menemukan,
bahkan sebelum 5000 SM, bukti tentang komunitas awal kaum pemburu-pengumpul di
sepanjang Lembah Nil dan di pesisir Danau Qarun diFayoum,
serta tentang penduduk palaeolithic yang hidup sekitar 300.000 tahun lalu.
Kini pengetahuan kita mengenai kebudayaan dinasti Mesir awal
juga telah mengubah pandangan kita tentang bagaimana peradaban Mesir klasik
muncul.Sedikitnya sejak enam puluh tahun lalu, dan bahkan hingga hari ini di
kalangan beberapa teoris populer, dianggap bahwa dinasti Mesir yang kita kenal
itu tampaknya muncul secara tiba-tiba dari kevakuman budaya. Namun, seperti
piramida sendiri yang berkembang melalui eksperimen selama bertahun-tahun, yang
terkadang mengakibatkan kerusakan, hari ini kita dapat menikmati kebudayaan
Mesir yang telah melewati masa kehamilan panjang, dan [menikmati] fakta bahwa
akarnya sungguh-sungguh terdapat di Mesir sendiri.
Namun, kita harus akui, sebagaimana terhadap kebanyakan
kebudayaan lainnya, bahwa Mesir tidak kebal dari pengaruh asing. Kenyataannya,
kebudayaan yang paling sukses harus meminjam kemajuan teknologi dari kebudayaan
lain, meskipun mereka menghasilkan beberapanya sendiri. Karena itu jelaslah
bahwa kebudayaan Mesir Pradinasti mau menerima ide-ide dari daratan tetangga.Motif
arsitektur dan artistik asing, dan bahkan mungkin ide penulisan, diadopsi oleh
bangsa Mesir di permulaan sejarah.Bagaimanapun, seperti kereta
perang Kerajaan
Baru yang diadaptasi dari sumber
asing lalu dimodifikasi menjadi lebih ringan agar lebih mudah dikendalikan di
daratan Mesir dan dalam taktik pertempuran Mesir, semua peminjaman dari zaman
paling awal tersebut segera cocok ke dalam konteks Mesir.Karena itu, sudah
pasti tidak ada bukti apapun mengenai invasi dinasti penakluk, meski di zaman
kuno, sebagaimana sekarang, Mesir merupakan tempat percampuran budaya di mana
Afrika, Asia, dan Mediterania bertemu.Peradaban yang muncul di Lembah Nil dapat
menyerap pengaruh dari semua area tersebut.
Namun, meski peradaban Nil tidak muncul dari pengaruh asing,
bukti terbaru menyiratkan bahwa pendorong di balik perkembangan ini mungkin
bukan pengadopsian cara hidup agrikultur yang menetap sebagaimana anggapan
arkeolog suatu kali. Justru, sepertinya ketegangan eksistensi tak menentu di
lingkungan safana kering pihak musuh hingga timur dan barat, di mana sekarang
hanya tersisa sedikit di antara gurun pasir, mengakibatkan migrasi sekawanan
penduduk semi-nomaden secara bertahap menuju Lembah Nil. Hampir seperti daerah
kosong, Lembah Nil mulai menyerap nomad-nomad ini setelah padang rumput mereka
mengering, dan ini juga bisa jadi merupakan stimulus penting bagi perkembangan
pesat peradaban Mesir, memaksa populasi besar memasuki area yang jauh lebih
kecil.
Sebagai catatan pinggir, kita mesti menyebutkan bahwa bukti
yang sama yang mengesampingkan penyerbu asing normal juga jelas menunjukkan
fakta bahwa peradaban Mesir kuno tidak berhutang eksistensi kepada bangsa
Atlantis atau extraterrestrial. Teori-teori populer semacam itu telah ada
selama bertahun-tahun, terutama sejak 1960-an. Para penulis mendapatkan audiens
yang berhasrat pada ide-ide menggelikan demikian, sekalipun teori mereka
cacat.Biasanya mereka menghadirkan bukti yang sangat selektif, bukan konteks
luas materi mengenai evolusi peradaban Mesir.
Ringkasnya, selama beberapa ribu tahun, perubahan lingkungan
dan pengaruh asing membentuk perkembangan gradual sebuah peradaban, yaitu,
menurut analisis final, Mesir yang khas dan unik.Di Mesir kuno, telur dianggap
sebagai simbol kelahiran dan kebangkitan, dan memang Mesir, sebagaimana telur
sendiri, memberi makan penduduknya dari dalam, sambil menyediakan cangkang
keras untuk melindungi mereka dari bahaya luar. Ketika safana-safana mengering
menjadi gurun tandus, memaksa penghuninya menjadi populasi sesak, safana itu
juga mengasuh dan melindungi orang-orang ini, memungkinkan mereka berkembang
di sepanjang Nilyang
subur nan kaya, menjadi kerajaan besar yang kita temukan di masa berikutnya.
Sejarah politik di Mesir berawal dari terbentuknya
komunitas-komunitas di desa-desa sebagai kerajaan-kerajaan kecil dengan
pemerintahan desa.Desa itu disebut nomen. Dari desa-desa kecil berkembanglah
menjadi kota yang kemudian disatukan menjadi kerajaan Mesir Hilir dan Mesir
Hulu. Proses tersebut berawal dari tahun 4000 SM namun pada tahun 3400 SM
seorang penguasa bernama Menes mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi
satu kerajaan Mesir yang besar. Mesir merupakan sebuah kerajaan yang diperintah
oleh raja yang bergelar Firaun.Ia berkuasa secara mutlak. Firaun dianggap dewa
dan dipercaya sebagai putera Dewa Osiris.Seluruh kekuasaan berada ditangannya
baik sipil, militer maupun agama.
Sebagai penguasa, Firaun mengklaim atas seluruh tanah
kerajaan.Rakyat yang tinggal di wilayah kerajaan harus membayar pajak.Untuk
keperluan tersebut Firaun memerintahkan untuk sensus penduduk, tanah dan
binatang ternak.Ia membuat undang-undang dan karena itu menguasai pengadilan.
Sebagai penguasa militer Firaun berperan sebagai panglima perang, sedangkan
pada waktu damai ia memerintahkan tentaranya untuk membangun kanal-kanal dan jalan
raya.
Untuk menjalankan pemerintahannya Firaun mengangkat para
pejabat yang pada umumnya berasal dari golongan bangsawan.Ada pejabat gubernur
yang memerintah propinsi, panglima ketentaraan, hakim di pengadilan dan pendeta
untuk melaksanakan upacara keagamaan.Salah satu jabatan penting adalah Wazir
atau Perdana Menteri yang umumnya dijabat oleh putra mahkota. Sejak tahun 3400
SM sejarah Mesir diperintah oleh 30 dinasti yang berbeda yang terdiri dari tiga
jaman yaitu Kerajaan Mesir Tua yang berpusat di Memphis, Kerajaan Tengah di
Awaris dan Mesir Baru di Thebe.
B. Letak Geografis
Mesir Kuno
C. Pembagian Kerajaan Mesir Tua, Tengah, dan Mesir Baru
1. Kerajaan Mesir Tua (2660 – 2180 SM)
Lahirnya kerajaan Mesir Tua setelah Menes berhasil
mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Sebagai pemersatu ia digelari
Nesutbiti dan digambarkan memakai mahkota kembar. Kerajaan Mesir Tua
disebut jaman piramida karena pada masa inilah dibangun piramida-piramida
terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun Joser. Piramida di Gheza
adalah makam Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa.
Runtuhnya Mesir Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 SM
pemerintahan mengalami kekacauan.Bangsa-bangsa dari luar misalnya dari Asia
Kecil melancarkan serangan ke Mesir.Para bangsawan banyak yang melepaskan diri
dan ingin berkuasa sendiri-sendiri.Akhirnya terjadilah perpecahan antara Mesir
Hilir dan Mesir Hulu.
2. Kerajaan Mesir Tengah (1640 – 1570 SM)
Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III.Ia
berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir. Tindakannya antara
lain membuka tanah pertanian, membangun proyek irigasi, pembuatan waduk dan
lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan serta membuka hubungan dagang dengan
Palestina, Syria dan pulau Kreta. Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah
ke selatan sampai Nubia (kini Ethiopia).Sejak tahun 1800 SM kerajaan Mesir
Tengah diserbu dan ditaklukkan oleh bangsa Hyksos.
3. Kerajaan Mesir Baru (1570 - 1075 SM)
Sesudah diduduki bangsa Hyksos, Mesir memasuki jaman
kerajaan baru atau jaman imperium.Disebut jaman imperium karena para Firaun
Mesir berhasil merebut wilayah/daerah di Asia barat termasuk Palestina, Funisia
dan Syria. Raja-raja yang memerintah jaman Mesir Baru antara lain:
1. Ahmosis I
Ia berhasil mengusir bangsa Hyksos dari Mesir sehingga
berkuasalah dinasti ke 18, ke 19 dan ke 20.
2. Thutmosis I
Pada masa pemerintahannya
Mesir berhasil menguasai Mesopotamia yang subur.
3. Thutmosis III
Merupakan raja terbesar di Mesir.Ia memerintah bersama
istrinya Hatshepsut. Batas wilayah kekuasaannya di timur sampai Syria, di
selatan sampai Nubia, di barat sampai Lybia dan di utara sampai pulau Kreta dan
Sicilia. Karena tindakannya tersebut ia digelari “Napoleon dari Mesir”.
Thutmosis III juga dikenal karena memerintahkan pembangunan Kuil Karnak dan
Luxor.
4. Amen Hotep IV
Kaisar ini dikenal seorang raja yang pertama kali
memperkenalkan kepercayaan yang bersifat monotheis kepada rakyat Mesir kuno
yaitu hanya menyembah dewa Aton (dewa matahari) yang merupakan roh dan tidak
berbentuk.Ia juga menyatakan sebagai manusia biasa dan bukan dewa.
5. Ramses II
Ramses II dikenal membangun bangunan besar bernama Ramesseum
dan Kuil serta makamnya di Abusimbel.Ia juga pernah memerintahkan penggalian
sebuah terusan yang menghubungkan daerah sungai Nil dengan Laut Merah namun
belum berhasil. Masa Ramses II diperkirakan sejaman dengan kehidupan nabi
Musa.
Setelah pemerintahan Ramses II kekuasaan di Mesir mengalami
kemunduran.Mesir ditaklukkan Assyria pada tahun 670 SM dan pada tahun 525 SM
Mesir menjadi bagian imperium Persia.Setelah Persia, Mesir dikuasai oleh
Iskandar Zulkarnaen dan para penggantinya dari Yunani dengan dinasti terakhir
Ptolemeus (masih diragukan keabsahannya - Amna).Salah satu keturunan dinasti
Ptolemeus adalah Ratu Cleopatra dan sejak tahun 27 SM Mesir menjadi wilayah
Romawi.
D. Sistem Kepercayaan Bangsa Mesir Kuno
Masyarakat Mesir mengenal pemujaan terhadap dewa-dewa. Ada
dewa yang bersifat nasional yaitu Ra (Dewa Matahari), Amon (Dewa Bulan)
kemudian menjadi Amon Ra. Sebagai lambang pemujaan kepada Ra didirikan
obelisk yaitu tiang batu yang ujungnya runcing. Obelisk juga dipakai sebagai
tempat mencatat kejadian-kejadian.Untuk pemujaan terhadap dewa Amon Ra
dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.
Selain dewa nasional maka ada dewa-dewa lokal yang dipuja
pada daerah-daerah tertentu seperti Dewa Osiris yaitu hakim alam baka, Dewi
Isis yaitu dewi kecantikan isteri Osiris, Dewa Aris sebagai dewa kesuburan dan
dewa Anubis yaitu dewa kematian. Wujud kepercayaan yang berkembang di
Mesir berdasarkan pemahaman sebagai berikut: Penyembahan terhadap dewa
berangkat dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam.
Yang disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti dewa Anubis atau yang
memberi sumber kehidupan. Jadi dengan taat menyembah pada dewa masyarakat
lembah sungai Nil mengharap jangan menjadi sasaran maut.
Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan pengawetan jenazah
yang disebut mummi.Dasarnya membuat mummi adalah bahwa manusia tidak dapat
menghindari dari kehendak dewa maut.Manusia ingin tetap hidup abadi.Agar roh
tetap hidup maka jasad sebagai lambang roh harus tetap utuh.
E. Ekonomi Mesir
Kuno
F. Fakta
Sosial Mesir Kuno
Masyarakat Mesir Kuno ketika itu sangat terstratifikasi
dan status sosial yang
dimiliki seseorang ditampilkan secara terang-terangan. Sebagian besar
masyarakat bekerja sebagai petani, namun demikian hasil pertanian dimiliki dan
dikelolah oleh negara, kuil, atau keluarga ningrat yang memiliki
tanah. Petani juga dikenai pajak tenaga kerja dan dipaksa bekerja membuat
irigasi atau proyek konstruksi menggunakan sistem corvée. Seniman dan pengrajin memunyai status yang lebih
tinggi dari petani, namun mereka juga berada di bawah kendali negara, bekerja
di toko-toko yang terletak di kuil dan dibayar langsung dari kas negara. Juru
tulis dan pejabat menempati strata tertinggi di Mesir Kuno, dan biasa disebut
"kelas kilt putih" karena menggunakan linen berwarna putih yang menandai
status mereka. Perbudakan telah
dikenal, namun bagaimana bentuknya belum jelas diketahui.
Mesir Kuno memandang pria dan wanita, dari kelas sosial apa
pun kecuali budak, sama di mata hukum. Baik pria maupun wanita memiliki hak
untuk memiliki dan menjual properti, membuat kontrak, menikah dan bercerai,
serta melindungi diri mereka dari perceraian dengan menyetujui kontrak
pernikahan, yang dapat menjatuhkan denda pada pasangannya bila terjadi
perceraian. Dibandingkan bangsa lainnya di Yunani, Roma, dan bahkan
tempat-tempat lainnya di dunia, wanita di Mesir Kuno memiliki kesempatan
memilih dan meraih sukses yang lebih luas. Wanita seperti Hatshepsut dan
Celopatra bahkan bisa menjadi firaun. Namun demikian, wanita di Mesir Kuno
tidak dapat mengambil alih urusan administrasi dan jarang yang memiliki
pendidikan dari rata-rata pria ketika itu.
G. Hasil Budaya Mesir Kuno
1. Tulisan
Masyarakat Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebut
Hieroglyph berbentuk gambar.Tulisan Hieroglyph ditemukan di dinding piramida,
tugu obelisk maupun daun papirus.Huruf Hieroglyph terdiri dari gambar dan
lambang berbentuk manusia, hewan dan benda-benda.Setiap lambang memiliki
makna.Tulisan Hieroglyph berkembang menjadi lebih sederhana kemudian dikenal
dengan tulisan hieratik dan demotis.Tulisan hieratik atau tulisan suci
dipergunakan oleh para pendeta.Demotis adalah tulisan rakyat yang dipergunakan
untuk urusan keduniawian misalnya jual beli.
Huruf-huruf Mesir itu semula menimbulkan teka-teki karena
tidak diketahui maknanya.Secara kebetulan pada waktu Napoleon menyerbu Mesir
pada tahun 1799 salah satu anggota pasukannya menemukan sebuah batu besar
berwarna hitam di daerah Rosetta. Batu itu kemudian dikenal dengan batu
Rosetta memuat inskripsi dalam tiga bahasa.Pada tahun 1822 J.F. Champollion
telah menemukan arti dari isi tulisan batu Rosetta dengan membandingkan tiga
bentuk tulisan yang digunakan yaitu Hieroglyph, Demotik dan Yunani. Dengan
terbacanya isi batu Rosetta terbukalah tabir mengenai pengetahuan Mesir kuno
(Egyptologi) yang Anda kenal sampai sekarang.Selain di batu, tulisan Hieroglyph
juga ditemukan di kertas yang terbuat dari batang Papyrus.Dokumen Papirus sudah
digunakan sejak dinasti yang pertama. Cara membuat kertas dari gelagah papirus
adalah dengan memotongnya.Kemudian kulitnya dikupas dan intinya diiris/disayat
tipis-tipis.
2. Sistem Kalender
Masyarakat Mesir mula-mula membuat kalender bulan
berdasarkan siklus (peredaran) bulan selama 291/2 hari.Karena dianggap kurang
tetap kemudian mereka menetapkan kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing
(Sirius) yang muncul setiap tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12
bulan, satu bulan 30 hari dan lamanya setahun adalah 365 hari yaitu 12 x 30
hari lalu ditambahkan 5 hari. Mereka juga mengenal tahun kabisat. Penghitungan
ini sama dengan kalender yang kita gunakan sekarang yang disebut Tahun Syamsiah
(sistem Solar).
Penghitungan kalender Mesir dengan sistem Solar kemudian diadopsi
(diambil alih) oleh bangsa Romawi menjadi kalender Romawi dengan sistem
Gregorian. Sedangkan bangsa Arab kuno mengambil alih penghitungan sistem lunar
(peredaran bulan) menjadi tarik Hijriah.
3. Seni Bangunan (Arsitektur)
Dari peninggalan bangunan-bangunan yang masih bisa
disaksikan sampai sekarang menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah memiliki
kemampuan yang menonjol di bidang matematika, geometri dan
arsitektur. Peninggalan bangunan Mesir yang terkenal adalah piramida dan
kuil yang erat kaitannya dengan kehidupan keagamaan. Piramida dibangun
untuk tempat pemakaman Firaun.Arsitek terkenal pembuat piramida adalah
Imhotep.Bangunan ini biasanya memiliki kamar bawah tanah, pekarangan dan kuil
kecil di bagian luarnya. Tiang-tiang dan dindingnya dihiasi dengan hiasan
yang indah.Di bagian dalam terdapat lorong-lorong, lubang angin dan ruang
jenazah raja. Di depan piramida terdapat spinx yaitu patung singa berkepala
manusia. Fungsi spinx adalah penjaga piramida.
Piramida terbesar adalah makam raja Cheops, yang tingginya
mencapai 137 meter di Gheza. Selain Cheops, di Gheza juga terdapat piramida
Chefren dan Menkaure. Di Sakarah terdapat piramida firaun Joser. Selain
piramida apakah ada tempat pemakaman yang lain di Mesir? Berdasarkan penggalian
di daerah El Badari ditemukan pemakaman yang disebut Hockerbestattung (Hocker
artinya jongkok dan bestattung artinya pemakaman) karena orang yang meninggal
dimasukkan dengan cara didudukkan menjongkok. Ada pula pemakaman yang disebut
mastaba untuk golongan bangsawan. Bangunan kedua adalah kuil yang
berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Kuil terbesar dan terindah adalah
Kuil Karnak untuk pemujaan Dewa Amon Ra. Kuil Karnak panjangnya ±433 m
(1300 kaki), tiang-tiangnya setinggi 23,5 m dengan diameter ±6,6 m (20 kaki).
Tembok, tiang dan pintu gerbang dipenuhi dengan lukisan dan tulisan yang
menceritakan pemerintahan raja.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas isi makalah ini dapat di simpulokan bahwa
letak geografis Mesir diAfrika
Utara, walaupun Semenanjung
Sinai adalah dalam Asia Barat daya. Negara ini mempunyai pesisir pantai yaitu Laut Mediterranean dan Laut
Merah; berbatasan dengan Libyabagian barat, Sudan dibagian selatan, Semenanjung
Gaza, Palestin dan Israel bagian timur.Mesir Kuno terbagi atas dua kerajaan,
yang dikenal sebagai Mesir Hulu dan Mesir Hilir.Berlainan dengan kebiasaan, Mesir Hulu (Upper Egypt)
terletak di selatan dan Mesir Hilir (Lower Egypt) di utara, dinamakan sungai
Nil.
Pembagian kerajaan Mesir dibagi menjadi tiga bagian
yaitu Kerajaan Mesir Tua (2660 – 2180 SM), Kerajaan Mesir Baru (1570 -
1075 SM), Kerajaan Mesir Tengah (1640 – 1570 SM).
Kerajaan Mesir Tua disebut jaman piramida karena pada masa
inilah dibangun piramida-piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari
Firaun Joser. Piramida di Gheza adalah makam Firaun Cheops, Chifren dan
Menkawa.Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III.Ia berhasil
memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir. Sesudah diduduki
bangsa Hyksos, Mesir memasuki jaman kerajaan baru atau jaman imperium.Disebut
jaman imperium karena para Firaun Mesir berhasil merebut wilayah/daerah di Asia
barat termasuk Palestina, Funisia dan Syria.
Raja-raja yang memerintah jaman Mesir Baru antara lain:
Ahmosis I, Thutmosis I,Thutmosis III, Amen Hotep IV Ramses II. Ada
beberapa jenis peninggalan pada jaman Mesir Kuno seperti tulisan, kalender,
Seni Bangunan (Arsitektur).
B. Saran
Setelah memahami isi makalah ini penulis berharap para
pembaca bisa memahami perkembangan peradaban kerajaan Mesir Kuno, dari Kerajaan
Mesir Tua, Kerajaan Mesir Tengah, dan Kerajaan Mesir Baru. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan agar kedepan bisa menyusun makalah lebih baik
lagi.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment