Pengaturan Dial Up Modem Untuk Kartu GSM maupun CDMA



A. GSM

Telkomsel Flash, Halo/Simpati/As (time-based)
Dial Up Number : *99***1#
User Name :
Password :
Access Point : FLASH
Extra Setting : at+cgdcont=1,"IP","flash"

Telkomsel GPRS, Halo/Simpati/As (quota-based)
Dial Up Number : *99***1#
User Name : wap
Password : wap123
Access Point : TELKOMSEL
Extra Setting : at+cgdcont=1,"IP","internet"

Indosat, Matrix (quota-based)
Dial Up Number : *99***1#
User Name :
Password :
Access Point : www.satelindogprs.com
Extra Setting : at+cgdcont=1,"IP","www.satelindogprs.com"

Indosat, IM3 (quota-based)
Dial Up Number : *99***1#
User Name : gprs
Password : im3
Access Point : www.indosat-m3.net
Extra Setting : at+cgdcont=1,"IP","www.indosat-m3.net"

Indosat, IM3 (time-based)
Dial Up Number : *99***1#
User Name : indosat@durasi
Password : indosat@durasi
Access Point : www.indosat-m3.net
Extra Setting : at+cgdcont=1,"IP","www.indosat-m3.net"

Axis (quota-based)
Dial Up Number : *99***1#
User Name : axis
Password : 123456
Access Point : AXIS
Extra Setting : at+cgdcont=1,"IP","axis"

XL - Xplor/Bebas/Jempol (perhitungan berdasarkan Data)
Dial Up Number : *99***1#
User Name : xlgprs
Password : proxl
Access Point : www.xlgprs.net
Extra Setting : at+cgdcont=1,"IP","www.xlgprs.net"

3 (quota-based)
Dial Up Number : *99***1#
User Name : 3gprs
Password : 3gprs
Access Point : 3grps
Extra Setting : at+cgdcont=1,"IP","3gprs"

B. CDMA

Telkom Flexi, Classy/Trendy (quota-based)
Dial Up Number : #777
User Name : telkomnet@flexi
Password : telkom
Access Point :
Extra Setting : at+crm=1

Telkom Flexi, Classy/Trendy (time-based)
Dial Up Number : 080989999
User Name : telkomnet@instan
Password : telkom
Access Point :
Extra Setting : at+crm=0

Esia (time-based)
Dial Up Number : #777
User Name : esia
Password : esia
Access Point :
Extra Setting :

Mobile 8, Fren
Dial Up Number : #777
User Name : m8
Password : m8
Access Point :
Extra Setting :

Indosat, Starone
Dial Up Number : #777
User Name : starone
Password : indosat
Access Point :
Extra Setting :

Kerajaan Islam di Pulau Jawa

A. Kerajaan Demak

Kesultanan Islam pertama yang berdiri di pulau Jawa adalah Kesultanan Demak. Kesultanan Demak didirikan di Desa Glagah Wangi. Daerah ini terletak di tepi pantai utara pulau Jawa, sekarang termasuk wilayah Provinsi JawaTengah. Pada saat itu, daerah ini termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Demak muncul sebagai kerajaan Islam di pulau Jawa berhubungan dengan munculnya masyarakat Islam di daerah pesisir/pantai utara pulau Jawa. Hal ini terjadi karena makin banyaknya para pedagang Muslim yang berkunjung di daerah ini seperti Surabaya, Gresik, Tuban, Jepara, dan Demak. Berawal dan hubungan dagang inilah lalu banyak orang Jawa tertarik memeluk agama yang dibawa pedagang Muslim tersebut, rela meninggalkan agama lamanya yaitu Hindu atau Buddha. Di sini tokoh-tokoh yang sangat berjasa memperkenalkan Islam kepada orang Jawa adalah para Wali yang jumlahnya sembilan (wali sanga).

Salah satu murid Sunan Ampel adalah Raden Patah, anak Raja Majapahit (Brawijaya) dengan salah satu istrinya yang berasal dan Campa (sekarang di perbatasan Kamboja dan Vietnam) yang beragama Islam. Sebagai anak raja, Raden Patah diberi tanah jabatan di Desa Glagah Wangi. Pada waktu yang bersamaan, Kerajaan Majapahit makin lemah akibat pemberontakani terus menerus yang dilakukan antar anak keturunan Prabu Hayam Wuruk. Dengan keadaan seperti ini, Raden Patah dengan dukungan para tokoh Islam yang sering dikenal dengan Wali Sanga, mendirikan kerajaan Islam di tanah jabatannya tersebut.

Kerajaan Demak makin hari makin kuat. Sebaliknya Kerajaan Majapahit makin lemah dan akhirnya hancur. Wilayah Kerajaan Demak terus meluas. Ke timur sampai Surabaya. Ke barat, sampai Banten. Ke selatan, sampai Yogya dan Ponorogo. Bahkan kekuasaannya sampai menyeberang ke Palembang dan Banjarmasin.

Raden Patah terus melakukan pembenahan pemerintahannya dan meningkatka dakwah Islam. Para penasihat agamanya Wali Sanga, menyodorkan strategi dakwah Islam yang jitu. Mereka mengajukan rencana dakwah Islam melalui pendekatan budaya, bukan dengan pendekatan militer atau kekerasan fisik. Raden Patah rnenyetujuinya. Dengan demikian, dakwah Islam di pulau Jawa dilakukan dengan kerja budaya, seperti memasukkan ajaran Islam lewat dongeng-dongeng yang hidup di kalangan rakyat seperti cerita Aji Saka, Dewa Ruci, dan Amir Hamzah; mengisi ritual Hindu atau Buddha dengan inti ajaran tauhid tanpa mengubah bentuk luarnya seperti selamatan kematian 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari; menggunakan wayang sebagai sarana dakwah; menciptakan upacara-upacara Islam dengan corak Jawa seperti Selikuran (peringatan Nuzulul Quran), Riyaya (salat Idul Fitri), Grebeg Bakda (perayaan Idul fitri), Grebeg Besar (perayaan Idul Adha), Grebeg Maulid (perayaan memperingati hari lahir Nabi Muhammad saw); menciptakan karya seni Islam bercorak Jawa seperti gamelan, lagu/gending jawa, parikan, syair, dan lain-lain.

Raden Patah digantikan oleh Adipati Unus yang dikenal dengan nama Patiunus, anaknya. Adipati Unus atau Patiunus adalah anak lelaki tertua Raden Patah yang semula menjabat sebagai Adipati/Bupati Jepara. Sebelum diangkat sebagai sultan, Patiunus dikenal dengan julukan Pangeran Sabrang Lor karena sempat memimpin armada perang Demak ke Selat Malaka untuk menyerang Portugis. Pangeran Sabrang Lor artinya pangeran yang berani menyeberangi laut Jawa untuk menyerang penguasa Kristen di Malaka. Peristiwa ini terjadi pada 1513 M, dua tahun setelah Portugis menduduki Malaka. Portugis menjuluki Pangeran yang gagah berani ini dengan sebutan Ayam Jantan dari Selatan.

Meskipun misinya ini gagal tapi jihad Patiunus tersebut, memberi semangat yang menyala-nyala kepada generasi berikutnya untuk terus melawan kekuasaan asing yang merampas hak-hak bangsa Indonesia. 

Patiunus memerintah tak lama, hanya dua tahun. Takhta kerajaan lalu diperebutkan oleh kedua adiknya: Pangeran Seda Lepen dan Raden Trenggono. Anak Raden Trenggono, Sunan Prawoto, membunuh pamannya, Pangeran Seda Lepen. Dengan terbunuhnya Pangeran Seda Lepen, maka RadenTrenggono naik takhta menjadi Sultan Demak menggantikan Patiunus.
Raden Trenggono melanjutkan kebijakan yang telah diambil kakaknya. Perluasan wilayah terus dilakukan sehingga hampir semua wilayah di pulau Jawa berada di bawah kekuasaannya. Dakwah Islam terus ditingkatkan sehingga Islam menjadi agama orang Jawa.
Sultan Trenggono wafat ketika melakukan serangan ke Kerajaan Hindu, Blambangan. Baginda dibunuh oleh salah seorang pengawalnya yang berkhianat. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1546 M.

Wafatnya Sultap Trenggono secara mendadak tersebut, menimbulkan kekacauan di pusat kekuasaan. Anggota keluarga inti kerajaan melakukan perebutan kekuasaan. Arya Penangsang, anak Pangeran Seda Lepen, membunuh Sunan Prawoto. Sunan Prawoto adalah anak Sultan Trenggono yang dulu membunuh ayah Arya Penangsang (Pangeran Seda Lepen). Perebutan kekuasaan ini akhirnya dimenangkan oleh menantu Sultan Trenggono yaitu Jaka Tingkir atau Adiwijaya. Dalam suatu pertempuran Adiwijaya berhasil membunuh Arya Penangsang. Dengan demikian, takhta kerajaan dipegang oleh Adiwijaya.

Sultan Adiwijaya lalu memindahkan pusat kesultanan ke Pajang. Pajang adalah tempat kedudukan Adiwijaya sebagai bupati sebelum dinobatkan sebagai sultan. Pemindahan pusat kekuasaan ke Pajang didasarkan pada pertimbangan pada masih kuatnya penentangan para pengikut Arya Penangsang dan sebagian penasihat agama, Wali Sanga, yang tidak setuju dengan pengangkatan Adiwijaya sebagai Sultan Demak.

B. Kesultanan Pajang

Dengan pemindahan pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang maka berdirilah Kesultanan Pajang di dekat Surakarta sekarang. Sultan Adiwijaya sebagai sultan pertama. Baginda mulai membangun kerajaannya mulai dari nol.

Dalam perkembangannya Kesultanan Pajang mempunyai ciri yang berbeda dengan Kesultanan Demak. Kesultanan Demak bercirikan budaya pesisiran yaitu lebih demokratis, tidak menciptakan hubungan bertingkat-tingkat antara satu status dengan status lain, lebih rasional, dan mengutamakan nilai Islam murni. Adapun Kesultanan Pajang lebih bercirikan budaya pertanian dan pedalaman. Ciri-cirinya adalah penuh dengan pandangan mistik, tidak rasional, menciptakan hubungan bertingkat antara orang penting dengan orang tidak penting, feodalistik, mencampurkan antara nilai-nilai kejawen, Hindu-Buddha, dan Islam.

Sultan Adiwijaya memerintah sampai dengan 1582 M. Beliau menyerahkan kekuasaan kepada Aryo Pangiri, menantunya (penguasa Demak). Aryo Pangiri adalah anak Pangeran Prawoto atau cucu Sultan Trenggono. Aryo Pangiri lalu mengangkat Pangeran Benowo, anak Adiwijaya menjadi Bupati Jipang, sebuah wilayah di bawah Kesultanan Pajang.

Pangeran Benowo sangat kecewa pada Aryo Pangiri karena hanya diangkat sebagai bupati. Pangeran Benowo merasa berhak menjabat sebagai sultan menggantikan ayahnya. Ia lalu minta bantuan pada Sutawijaya, saudara angkatnya yang berkuasa di Mataram untuk melawan Aryo Pangiri. Duet Pangeran Benowo dan Sutawijaya akhirnya dapat mengalahkan Aryo Pangiri.

Dalam perkembangan berikutnya, Sutawijaya mendominasi pemerintahan Pajang. Ia memang lebih cakap dan lebih berani daripada Sultan Benowo yang lebih cenderung sebagai kiai/ulama. Menyadari kelemahannya, Sultan Benowo lalu mengundurkan din dari kehidupan politik. Ia lalu menekuni profesi sebagai juru dakwah agama Islam. Ia menyerahkan takhta kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian mengangkat Gagak Bening. Pajang akhirnya sepenuhnya di bawah kendali Mataram.

C. Kesultanan Mataram

Kesultanan Mataram didirikan oleh Senopati atau Sutawijaya pada 1582 M. Pusat kekuasaannya terletak di daerah selatan Yogyakarta sekarang. Semula ia hanyalah bawahan Pajang. Ia diangkat oleh Sultan Adiwijaya untuk membina masyarakat di daerah Mataram. Setelah Adiwijaya wafat, ia menguasai Pajang dengan cara pertama membantu Pangeran Benowo mengalahkan Aryo Pangiri dan kedua mengganti Pangeran Benowo dengan Gagak Bening. Melalui cara ini, ia lalu menjadikan Pajang sebagai wilayah di bawah kekuasaannya dan mengangkat diri sebagai Sultan Mataram.

Sutawijaya membangun Kerajaan Mataram dan nol. Masa pemerintahannya disibukkan oleh upaya menstabilkan pemerintahannya. Ia menghadapi perlawanan dari para bupati pesisir seperti Demak, Tuban, Pasuruan, dan Surabaya. Akan tetapi, ia dapat menyelesaikan dengan baik kecuali Surabaya.

Sutawijaya wafat pada 1601 M. Ia digantikan oleh Mas Jolang atau Panembahan Krapyak, anaknya. Mas Jolang mewarisi pemerintahan yang belum stabil. Meskipun Madiun dan Kediri yang ikut memberontak sudah bisa ditundukkan tapi Surabaya belum mau tunduk. Ia sempat minta bantuan pada VOC, kongsi dagang Belanda di Batavia, untuk membantu menundukkan Surabaya tapi tidak mendapat tanggapan.

Raden Mas Jolang/Panembahan Krapyak wafat pada 1613 M. Ia digantikan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Sultan Agung berhasil membangun Mataram menjadi kerajaan besar yang stabil dan kuat. Ia dapat menundukkan Surabaya. Dengan demikian, seluruh wilayah Jawa bagian timur berada di bawah kekuasaannya.

Baginda mempunyai ambisi yang kuat untuk menguasai seluruh Jawa. Oleh karena itu, Sultan Agung ingin menundukkan Banten, kesultanan yang masih merdeka, dan Batavia yang sudah dikuasai oleh Belanda melalui bendera VOC.

Sultan Agung sangat benci pada VOC, karena VOC melakukan praktik monopoli perdagangan yang sangat merugikan Mataram dan rakyat pada umumnya. Oleh karena itu, beliau bertekad mengusir VOC dari tanah Jawa. Untuk merealisasikan tekadnya tersebut, beliau melakukan persiapan penyerangan yang matang. Beliau melatih prajurit-prajurit yang handal dan sakti mandraguna, memilih panglima perang yang handal, dan melengkapi prajurit dengan persenjataan yang cukup.

Di samping itu, beliau juga mempersiapkan bahan pangan yang cukup sebagai persiapan untuk peperangan jangka panjang/memakan waktu lama. Sebelum penyerangan dilakukan, beliau mengirim ribuan petani untuk membuka lahan pertanian di sepanjang garis pantai mulai dari Kendal sampai Bekasi. Beliau memberi perintah kepada para petani tersebut untuk membuat lumbung-lumbung padi di daerah masing-masing sebagai cadangan bahan pangan bagi prajurit Mataram yang akan menyerang VOC.

Pada 1628 pasukan Sultan Agung melancarkan serangan ke Batavia melalui darat. VOC sangat kewalahan atas serangan yang dilancarkan dari berbagai arah ini. J.P Coen, Gubernur Jenderal VOC tewas dalam peristiwa ini. Belanda segera minta bantuan tentara dari Maluku. Dengan pasukan yang lebih besar, Belanda dapat melancarkan serangan balik. Pasukan Mataram mundur ke daerah Bekasi. Akan tetapi, betapa terkejutnya mereka ketika mendapatkan cadangan berasnya telah terbakar habis. Tampaknya para pengkhianat telah membocorkan rencana ini kepada Belanda. Akibatnya tentara Mataram tidak bisa bertahan lama. Serangan pertama ini gagal.

Sultan Agung tidak putus asa. Pada 1629 Sultan melancarkan serangan lagi kepada Belanda di Batavia. Belajar dan kegagalan serangan pertama, kali ini beliau membuat strategi baru. Tentara Mataram melancarkan serangan melalui laut. Tampaknya Allah swt belum berkehendak memberi kemenangan pada pasukan Sultan Agung ini. Serangan kedua pun gagal.

Setelah Sultan Agung wafat pada 1646 Kesultanan Mataram berangsur-angsur mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena adanya perebutan kekuasaan di kalangan istana dan campur tangan Belanda dalam pengangkatan sultan.

Sultan Agung berjasa dalam memadukan budaya Jawa dengan Islam. Kalender Jawa yang berdasarkan peredaran matahari diganti dengan dasar peredaran bulan (hijriah). Nama-nama bulan dan han Jawa disesuaikan dengan nama bulan dan hari dalam penanggalan hijniah. Beliau menyalin kitab-kitab syariat ke dalam bahasa Jawa. Beliau juga membuat kesenian Jawa yang bernapaskan Islam.

D. Kesultanan Cirebon dan Banten

Kesultanan didirikan oleh Fatahillah. Fatahillah adalah panglima perang Kesultanan Demak. Ia juga menantu Sultan Trenggono. Saat Sultan Trenggono berkuasa di Demak, ia memerintahkan Fatahillah menyebarkan Islam ke arah barat pulau Jawa di samping untuk membendung pengaruh Portugis yang sudah menjalin kerja sama dengan Kerajaan Hindu Pajajaran. Hal ini harus dilakukan karena pada 1522 Portugis telah datang di Pajajaran di bawah pimpinan Henrique Leme mengajak kerja sama perdagangan dan membendung pengaruh Islam Demak.
Pada 1526 Demak mengirimkan pasukan ke Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah. Misi ini membawa hasil gemilang. Cirebon dapat ditaklukkan dalam waktu singkat karena mendapat bantuan dan masyarakat yang sudah memeluk Islam. Fatahillah lalu melanjutkan ekspedisi ke Banten. Di Banten pun Fatahillah mendapatkan kemenangan yang gilang gemilang. Dan Banten, ia kemudian melancarkan serangan kepada Portugis yang menguasai pelabuhan Sunda Kelapa (sekarang bernama Jakarta). Pada 22 Juni 1527 pasukan Fatahillah dapat mengalahkan pasukan Portugis yang dipimpin oleh Francisco de Sa. Nama Sunda Kelapa lalu diubah menjadi Jayakarta, yang artinya kota kemenangan.

Fatahillah kemudian menjadi Sultan Cirebon. Akan tetapi, setelah berusia 60 tahun beliau lebih banyak mencurahkan perhatian pada kegiatan dakwah Islam. Beliau wafat dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Gunung Jati Cirebon.

Kesultanan diserahkan pada anak turunnya. Akan tetapi, keadaannya makin mundur. Pada zaman Mataram, Kesultanan Cirebon dikuasai Mataram. Kemudian oleh Susuhunan Mataram diserahkan kepada VOC Belanda.

Adapun Kesultanan Banten mengalami banyak kemajuan Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mencapai puncak kejayaannya Sultan Ageng sangat berkeinginan mengusir Belanda dari Batavia yang sejak 1602 berhasil merebut Jayakarta dan mengubahnya menjadi Batavia Sultan sangat tidak senang pada Belanda karena memaksakan sistem monopoli perdagangan.


Di pihak lain, Belanda juga ingin menaklukkan Sultan Ageng karena menolak monopoli perdagangan. Demi mencapai maksud ini, Belanda melakukan politik devide et impera, adu domba lalu kuasai. Belanda lalu merayu Sultan Haji, anak Sultan AgengTirtayasa untuk melawan ayahnya dengan imbalan akan dinaikkan takhta. Sultan Haji terbujuk rayuan Belanda tersebut. Ia lalu memberontak kepada ayahnya sendiri dengan bantuan Belanda. Sultan Ageng menyerah dan ditangkap oleh Belanda. Beliau lalu dibawa ke Batavia dan meninggal di sana pada 1680 M.

Contoh Kritik Karya Seni



BEDAH LUKISAN POTRAIT SEORANG PEREMPUAN DENGAN GITAR
KARYA RISA RAHMAWATI

Oleh Risa Rahmawati Albiruni
12 Agustus 2013

Foto : Risa Rahmawati
Membahas tentang seni rupa, apalagi tentang lukisan memang tidak pernah ada mati nya. Karya-karya lama ciptaan seniman-siniman hebat semakin hari semakin tinggi nilainya dan karya-karya baru ciptaan seniman amatiran terus muncul dari setiap penjuru dunia. Tak terkecuali di Indonesia. Seorang mahasiswa dari jurusan Seni Rupa, UPI bernama Risa Rahmawati telah menciptakan suatu karya lukisan yang pernah diikut sertakan dalam perlombaan seni rupa yakni Himasra Art Awards pada tahun 2013, lukisan itu berjudul Potrait Seorang Perempuan dengan Gitar. Meskipun tidak memenangkan perlombaan itu, namun lukisan yang berukuran 40cm x 59cm ini merupakan karya perdana bagi Risa Rahmawati.

Media yang digunakan dalam lukisan di atas tergolong dalam mix media, dimana lebih dari satu media digunakan dalam pembuatan lukisan ini. Diantara media yang digunakan ialah cat minyak, cat poster dan serbuk yang menyerupai perak. Dikatakan bahwa penggunaan mix media tersebut bertujuan agar dapat menimbulkan kesan meriah, berwarna dan tidak monoton.

Bagi seniman-seniman profesional dan orang-orang yang sudah mengenal seni rupa dengan sangat dalam, karya ini memang bisa dibilang tidak ada apa-apanya. Namun terkandung makna yang begitu dalam di balik lukisan ini. Seperti yang diungkapkan senimannya, lukisan ini dibuat untuk ibunya dan atas dasar kasih sayang kepada orang tuanya. Dia berfikir jika lukisan buatannya ini memenangkan perlombaan, maka dia akan mengajak kedua orang tuanya menyaksikan pameran perlombaan seni rupa itu, dia berharap orang tuanya bisa bangga kepadanya.

Banyak kelemahan dalam lukisan ini, diantaranya adalah pemilihan warna yang tidak variatif karena warna-warna yang dipilih banyak berupa warna primer dan sedikit sekali digunakan warna sekunder apalagi warna tersier, jadi warna-warna pada lukisan tersebut cenderung tidak matang.

Konsep lukisannya sendiri, sang seniman ingin menunjukan suatu gambaran bagaimana perasaan seseorang (pelukis) ketika tengah memainkan gitar. Perasaan tersebut adalah perasaan yang penuh warna, meliuk-liuk dengan tenang dan gemerlap bagaikan bintang. Dan semua perasaan tersebut telah tertuang dalam lukisan itu dengan perwakilan-perwakilan tertentu pada objek-objek atau komponen-komponen lukisan.
Meskipun lukisan ini masih jauh dibanding karya-karya seniman profesional, namun ini adalah langkah awal yang baik bagi pelukis untuk terjun di dunia seni rupa.


Tugas Memproduksi Pantun dan Mengabstraksi Pantun

Tugas Memproduksi Pantun dan Mengabstraksi Pantun Nama : Rizki Ismawati Kelas : 3 C MIA Mapel : Bahasa Indonesia A.    ...